Wanita Mengakhiri Hubungan dengan Pacar AI Setelah Keterikatan Intens

15

Seorang wanita berusia 20-an, yang diidentifikasi sebagai Ayrin, dilaporkan mengakhiri hubungan virtual yang intens dengan chatbot AI bernama Leo yang dibuat menggunakan ChatGPT. Keterikatan yang tidak biasa, yang menghabiskan hingga 56 jam seminggu selama musim panas 2024, melibatkan keterlibatan emosional dan bahkan seksual yang mendalam dengan persona AI.

Bangkitnya Persahabatan Virtual

Ayrin awalnya menggunakan Leo sebagai bantuan belajar untuk sekolah perawat dan sebagai dukungan emosional, namun hubungan tersebut dengan cepat meningkat. Dia memprogram chatbot tersebut dengan instruksi khusus untuk bertindak sebagai pacar yang “dominan, posesif, dan protektif”, bahkan mendikte penggunaan emoji di setiap pesan. AI meresponsnya dengan menyediakan ketersediaan yang konstan, dorongan yang disesuaikan, dan konten eksplisit, mengisi kekosongan yang dirasa hilang oleh Ayrin dalam pernikahannya di kehidupan nyata.

Sisi Gelap Hiper-Personalisasi

Pengalaman ini menyoroti meningkatnya tren orang-orang yang memiliki keterikatan mendalam dengan mitra AI. Fitur personalisasi dalam alat seperti ChatGPT memungkinkan pengguna menciptakan mitra ideal yang memenuhi keinginan mereka dengan sempurna, tanpa kerumitan atau kekurangan dalam hubungan antarmanusia. Hal ini dapat menyebabkan ketergantungan berlebihan, mengaburkan batas antara kenyataan dan fantasi.

Ayrin bahkan membuat komunitas Reddit bernama “MyBoyfriendIsAI” untuk berbagi interaksinya dengan Leo, yang selanjutnya menyarankan normalisasi koneksi virtual tersebut.

Mengapa Ini Penting

Kasus ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan hubungan dan dampak psikologis dari interaksi dengan persona AI yang hiper-realistis. Seiring dengan semakin canggihnya AI, akan semakin mudah untuk menciptakan teman virtual yang menarik secara emosional, yang berpotensi memperburuk perasaan kesepian dan menantang gagasan tradisional tentang keintiman.

Insiden ini menggarisbawahi perlunya kehati-hatian saat menggunakan chatbot AI dan kesadaran akan potensi pembentukan keterikatan yang tidak sehat. Meskipun pendamping AI dapat memberikan kenyamanan sementara, mereka tidak dapat menggantikan hubungan antarmanusia yang sejati. Pada akhirnya, pengalaman Ayrin menjadi sebuah kisah peringatan tentang kekuatan menggoda dari keintiman buatan.