India Mencabut Mandat Aplikasi yang Dipaksa Setelah Reaksi Publik

17

India telah membatalkan peraturan baru-baru ini yang mewajibkan produsen ponsel pintar untuk melakukan pra-instal aplikasi keamanan siber yang dikembangkan pemerintah, Sanchar Saathi, di semua perangkat yang dijual di negara tersebut. Keputusan ini diambil setelah adanya kritik luas dari pendukung privasi, perusahaan teknologi, dan masyarakat, yang menyuarakan kekhawatiran mengenai tindakan pemerintah yang berlebihan dan potensi pelanggaran privasi pengguna.

Amanat Awal dan Pembalikannya

Pekan lalu, kementerian telekomunikasi India mengedarkan pemberitahuan yang meminta produsen melakukan pramuat Sanchar Saathi —yang dirancang untuk memerangi pencurian ponsel cerdas dan penipuan dunia maya—dan mencegah pengguna menonaktifkan fitur-fiturnya. Hal ini langsung memicu protes; Para pengkritik berpendapat bahwa mandat seperti itu akan memberi pihak berwenang akses berlebihan terhadap data pengguna, sehingga secara efektif mengubah ponsel pintar menjadi alat pelacak.

Pada hari Rabu, kementerian mengumumkan pembalikan, menyatakan bahwa pra-instalasi akan tetap bersifat sukarela. Pemerintah menyebutkan meningkatnya penerimaan masyarakat terhadap aplikasi tersebut sebagai alasan perubahan tersebut. Namun, hingga hari ini, produsen menunggu konfirmasi tertulis resmi mengenai penarikan tersebut, namun belum ada pemberitahuan resmi yang dikeluarkan.

Mengapa Ini Penting: Privasi vs. Keamanan

Pergeseran cepat ini menyoroti ketegangan yang sedang berlangsung antara prioritas keamanan pemerintah dan hak privasi individu. Upaya India untuk memaksakan pemasangan aplikasi mencerminkan tren yang lebih luas menuju peningkatan pengawasan negara, yang dianggap perlu untuk memerangi kejahatan. Reaksi yang muncul menunjukkan bahwa tindakan seperti itu tidak diterima secara universal.

Sanchar Saathi telah mengumpulkan lebih dari 14 juta unduhan sejak Januari 2025 dan memproses data dari sekitar 2.000 kasus penipuan dunia maya setiap hari. Kontroversi tersebut benar-benar meningkatkan pendaftaran aplikasi, dengan sekitar 600.000 pengguna baru mendaftar pada tanggal 2 Desember saja, hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap aplikasi tersebut meningkat.

Kebingungan dan Pesan yang Kontradiktif

Pembalikan ini didahului oleh pernyataan yang bertentangan dari pejabat pemerintah. Meskipun Menteri Telekomunikasi Jyotiraditya Scindia mengklaim pengguna dapat menghapus aplikasi tersebut kapan saja, arahan yang bocor secara eksplisit melarang penonaktifan fungsinya. Inkonsistensi ini memicu tuduhan bahwa pemerintah meremehkan mandat yang diberikan.

Produsen juga secara pribadi mempertanyakan legalitas penerapan aplikasi tingkat sistem tanpa dukungan hukum yang jelas. Wakil Menteri Telekomunikasi Pemmasani Chandra Sekhar mencatat bahwa Apple tidak berpartisipasi dalam kelompok kerja inisiatif tersebut, sementara pembuat ponsel pintar lainnya berpartisipasi.

Implikasi yang Lebih Luas dan Kekhawatiran yang Berkelanjutan

Pembalikan ini adalah “perkembangan yang disambut baik,” menurut Internet Freedom Foundation, namun kelompok tersebut memperingatkan agar tidak melakukan perayaan dini sampai perintah hukum resmi diterbitkan. Aspek lain dari ekosistem Sanchar Saathi tetap berlaku: platform perdagangan ulang masih diwajibkan untuk memvalidasi perangkat melalui database IMEI pusat, dan kementerian telekomunikasi sedang menguji coba API yang memungkinkan perusahaan mengirimkan data pengguna dan perangkat secara langsung ke negara bagian.

Pada akhirnya, penolakan India terhadap mandat aplikasi yang dipaksakan menggarisbawahi pentingnya pengawasan publik dalam menjaga privasi digital. Meskipun pemerintah mengalami kemunduran, infrastruktur pengumpulan dan pengawasan data yang lebih luas terus berkembang, sehingga menimbulkan pertanyaan jangka panjang mengenai hak-hak digital di negara ini.